Senin, 06 April 2009

parang tritis yogya

Parangtritis, Pantai Paling Terkenal di Yogyakarta

Pantai Parangtritis adalah salah satu pantai yang mesti dikunjungi, bukan cuma karena merupakan pantai yang paling populer di Yogyakarta, tetapi juga memiliki keterkaitan erat dengan beragam objek wisata lainnya, seperti Kraton Yogyakarta, Pantai Parangkusumo dan kawasan Merapi. Pantai yang terletak 27 kilometer dari pusat kota Yogyakarta ini juga merupakan bagian dari kekuasaan Ratu Kidul.

Penamaan Parangtritis memiliki kesejarahan tersendiri. Konon, seseorang bernama Dipokusumo yang merupakan pelarian dari Kerajaan Majapahit datang ke daerah ini beratus-ratus tahun lalu untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan air yang mengalir dari celah batu karang, ia pun menamai daerah ini menjadi parangtritis, dari kata parang (=batu) dan tumaritis (=tetesan air). Pantai yang terletak di daerah itu pun akhirnya dinamai serupa.

Pantai Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Kraton Yogyakarta dan Parangtritis. Pantai ini juga diyakini sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah selesai menjalani pertapaan. Dalam pertemuan itu, Senopati diingatkan agar tetap rendah hati sebagai penguasa meskipun memiliki kesaktian.

Sejumlah pengalaman wisata bisa dirasakan di pantai ini. Menikmati pemandangan alam tentu menjadi yang paling utama. Pesona alam itu bisa diintip dari berbagai lokasi dan cara sehingga pemandangan yang dilihat lebih bervariasi dan anda pun memiliki pengalaman yang berbeda. Bila anda berdiri di tepian pantainya, pesona alam yang tampak adalah pemandangan laut lepas yang maha luas dengan deburan ombak yang keras serta tebing-tebing tinggi di sebelah timurnya.

Untuk menikmatinya, anda bisa sekedar berjalan dari arah timur ke barat dan memandang ke arah selatan. Selain itu, anda juga bisa menyewa jasa bendi yang akan mengantar anda melewati rute serupa tanpa lelah. Ada pula tawaran menunggang kuda untuk menjelajahi pantai. Biayanya, anda bisa membicarakan dengan para penyewa jasa.

Usai menikmati pemandangan Parangtritis dari tepian pantai, anda bisa menuju arah Gua Langse untuk merasakan pengalaman yang berbeda. Di jalan tanah menuju Gua Langse, anda bisa melihat ke arah barat dan menyaksikan keindahan lain Parangtritis. Gulungan ombak besar yang menuju tepian pantai akan terlihat berwarna perak karena sinar matahari, dan akan berwarna menyerupai emas bila sinar matahari mulai memerah atau menjelang senja. Pemandangan eksotik ini sempat dinikmati YogYES ketika berkunjung beberapa hari lalu.

Puas dengan pemandangan alamnya anda bisa menikmati pengalaman wisata lain dengan menuju tempat-tempat bersejarah yang terdapat di sekitar Pantai Parangtritis. Salah satunya adalah Makam Syeh Bela Belu yang terletak di jalan menuju pantai. Anda bisa naik melalui tangga yang menghubungkan jalan raya dengan bukit tempat makam sakral ini. Umumnya, banyak peziarah datang pada hari Selasa kliwon.

Selesai mengunjungi makam, anda bisa menantang diri untuk menuju Gua Langse, gua yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 3 km dan melalui tebing setinggi 400 meter dengan sudut kemiringan hampir 900. Untuk memasuki gua yang juga sering disebut sebagai Gua Ratu Kidul ini, anda harus meminta ijin pada juru kuncinya terlebih dahulu. Menurut salah seorang penjaga Pantai Depok yang di waktu mudanya sering menuruni gua, anda bisa melihat pemandangan laut selatan yang lebih indah begitu berhasil memasuki gua.

Pada tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Cina, anda bisa melihat prosesi upacara Peh Cun di Parangtritis. Peh Cun, berasal dari kata peh yang berarti dayung dan cun yang berarti perahu, merupakan bentuk syukur masyarakat Tioghoa kepada Tuhan. Perayaan ini juga bermaksud mengenang Khut Gwan (Qi Yuan), seorang patriot dan sekaligus menteri pada masa kerajaan yang dikenal loyalitasnya pada raja hingga ia difitnah oleh rekannya dan memilih bunuh diri.

Perayaan Peh Cun di Parangtritis tergolong unik karena tidak diisi dengan atraksi mendayung perahu berhias naga seperti di tempat lain, tetapi dengan atraksi telur berdiri. Atraksi dimulai sekitar pukul 11.00 dan memuncak pada pukul 12.00. Pada tengah hari, menurut kepercayaan, telur bisa berdiri tegak tanpa disangga. Namun, begitu memasuki pukul 13.00, telur akan terjatuh dengan sendirinya dan tak bisa didirikan lagi.

Untuk mencapai Parangtritis, anda bisa memilih dua rute. Pertama, rute Yogyakarta - Imogiri - Siluk - Parangtritis yang menawarkan pemandangan sungai dan bukit karang. Kedua, melewati rute Yogyakarta - Parangtritis yang bisa ditempuh dengan mdah karena jalan yang relatif baik. Disarankan, anda tidak mengenakan baju berwarna hijau untuk menghormati penduduk setempat yang percaya bahwa baju hijau bisa membawa petaka.

Minggu, 05 April 2009

gunung rinjani

Mendaki Eksotisme Gunung Rinjani

PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa yang bermarkas di New York, menetapkan tahun 2002 sebagai tahun “Ekowisata, Gunung Berapi Internasional, dan Warisan Budaya”. Tema utama yang diusung itu terasa tepat di tengah maraknya kerusakan lingkungan, yang berakibat buruk bagi kehidupan manusia.

Di Indonesia, Presiden Megawati meresponnya dengan Pencanangan Tahun Ekowisata 2002, yang peresmiannya dilaksanakan di Puncak Selo, Kabupaten Boyolali, tepatnya di celah Gunung Merapi-Merbabu. Gerakan nasional ini mencerminkan kepedulian dunia pariwisata terhadap kelestarian lingkungan.

Secara sederhana, ecotourism atau sering disebut ekowisata merupakan sebuah produk pariwisata yang memanfaatkan aset alam dan lingkungan secara arif dan bijaksana. Sehingga kekayaan serta keanekaragaman hayati bisa lestari dan serasi dengan komunitas manusia di sekelilingnya.

Keputusan pemerintah untuk menggalakkan ekowisata di Indonesia adalah sebuah langkah tepat. Hal ini didasari kenyataan bahwa basis kekuatan pariwisata Indonesia sebenarnya terletak pada anugerah kekayaan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.

Dengan memiliki 129 gunung berapi atau 13% gunung api di dunia, prospek pengembangan ekowisata di Indonesia bisa dibilang cerah. Sayangnya, hanya sedikit kawasan gunung berapi yang dikelola secara ekowisata yang menghasilkan devisa negara. Selebihnya terbengkalai dan rusak parah akibat kesalahan pengelolaan dan penebangan liar.

Salah satu gunung berapi di Indonesia yang terkenal ke seantero dunia adalah Rinjani. Setiap tahun, tercatat ribuan wisatawan asing dan domestik mendaki gunung berketinggian 3.726 m dpl (dari permukaan laut) ini. Tak pelak lagi, Gunung Rinjani menjadi incaran pencinta petualangan alam bebas.

Terletak di sebelah utara tanah Lombok, Nusa Tenggara Barat, Gunung Rinjani merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia. Ketinggian puncaknya hanya terkalahkan oleh Pegunungan Jayawijaya di tanah Papua dan Gunung Kerinci yang berada di tanah Sumatera.

Ada beberapa jalur pendakian yang sering dipakai untuk mendaki Gunung Rinjani. Namun bagi petualang yang pertama kali berkunjung ke Lombok, disarankan memilih jalur Sembalun Lawang. Pos awal pendakian di jalur ini relatif murah dan mudah dijangkau dengan transportasi umum.

Dari gerbang pelabuhan laut Lembar, perjalanan menuju terminal bus di Kota Mataram. Di terminal tersedia kendaraan elf jurusan Mataram-Aikmel. Sekira 1 jam perjalanan, sampailah di kawasan Aikmel. Di sini, para petualang disambut kendaraan elf yang langsung menuju pos pendakian Sembalun Lawang.

Selama menempuh perjalanan, kita melewati hutan tropis ditambah atraksi monyet liar di pinggiran jalan. Areal perkebunan kol, cabai dan bawang terbentang luas. Selain itu, tersaji pemandangan ngarai hijau mempesona yang dihuni suku Sasak tradisional, suku asli Pulau Lombok.

Setiba di pos pendakian Sembalun Lawang, para pendaki wajib mendaftarkan diri. Sebelum keberangkatan, petugas jagawana memberikan pesan agar menjaga kebersihan dan menghormati adat istiadat penduduk setempat. Tak lupa diterangkan pula lokasi mata air yang tersembunyi.

Bagi yang membutuhkan, tersedia jasa guide (pemandu) atau porter (tenaga angkut), yang dilengkapi penyewaan peralatan serta perbekalan standar pendakian gunung. Pengelolaan jasa wisata yang melibatkan suku Sasak ini, menerapkan tarif berbeda bagi wisatawan asing dan wisatawan lokal.

Medan pendakian

Tantangan awal yang mesti ditempuh adalah padang sabana yang luas dan berbukit-bukit. Karakteristik alam ini memberikan pengalaman baru bagi petualang yang biasa mendaki pegunungan di tanah Jawa. Biasanya pegunungan di Jawa lebih banyak menyuguhkan hutan homogen dan heterogen.

Tanah tandus berdebu disertai iklim yang menyengat membuat stamina cepat terkuras. Hanya di beberapa tempat terhampar rumut ilalang yang lebat sebagai makanan lezat bagi lembu-lembu gembala. Di tempat tertentu terdapat pos khusus yang bisa digunakan berkemah dengan mata air dan wc darurat.

Sehabis padang sabana, medan perjalanan terasa semakin berat. Tanjakan terjal dengan jurang menganga mulai hadir di antara rimbunan hutan heterogen. Gunung Rinjani bisa dikatakan aman dari ancaman binatang buas. Burung, monyet yang bergelantungan dan ayam hutan yang kerap dijumpai di hutan.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 7 jam, sampailah di pelawangan (punggungan gunung) Sembalun Lawang. Lokasi yang ditumbuhi cemara gunung (Casuarina junghuniana) ini merupakan pos pendakian terakhir sebelum menuju puncak.

Pelawangan Sembalun Lawang terletak persis di lereng penyangga Danau Segara Anakan. Walhasil, sembari istirahat, pendaki bisa sepuasnya menyaksikan keeksotisan danau raksasa yang terbentuk secara vulkanik akibat letusan Gunung Rinjani.

Sayangnya cuaca di ketinggian ini sangat mudah berubah. Serangan kabur dingin bisa datang mendadak menggantikan cuaca panas menyengat. Tak jarang angin badai mampu merobek bahkan menerbangkan tenda. Namun, pesona sunrise dan sunset menjadi momen yang tak terlupakan seumur hidup.

Lantas ada dua pilihan: melanjutkan petualangan menuju puncak atau langsung turun ke Danau Segara Anakan. Medan perjalanan menuju puncak berat dan cukup berbahaya. Padang pasir, kawah, dan jurang yang seolah tanpa dasar, akan memaksa berpacunya adrenalin selama 3-5 jam perjalanan.

Sedangkan medan perjalanan menuju Danau Segara Anakan tak kalah menegangkan. Para pendaki harus lincah menuruni lereng cadas dengan kemiringan berkisar 40-80 derajat. Yang patut diperhatikan ialah resiko reruntuhan batuan yang membahayakan jiwa pendaki.

Danau Segara Anakan

Bagi suku Sasak, Danau Segara Anakan dianggap tempat sakral yang harus dijaga kesuciannya. Danau berwarna hijau dan biru itu, digunakan pula sebagai tempat ziarah dan peribadatan umat Hindu, Islam Wettu Telu (sinkretisme Islam-Hindu) serta kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Maka tak perlu heran, bila mencium asap dupa atau menemukan kembang sesaji di sekitar tepian danau. Selain itu, Suku Sasak sangat menghormati tempat persemayaman Dewi Anjani ini, yang dipercaya sebagai penguasa tertinggi alam gaib Gunung Rinjani ini.

Air danau yang berasa kesat, akibat campuran air tawar dan air belerang ini, diyakini sebagai obat ampuh untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Percaya atau tidak, nyatanya keadaan ini menyebabkan tumbuhnya kearifan budaya lokal untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menghindari eksploitasi sumber daya alam.

Terlepas dari semua itu, para pendaki akan merasa dimanjakan alam. Untuk melemaskan otot yang tegang, kita bisa berendam air panas seharian di beberapa kolam belerang alami. Walaupun dijadikan tontonan puluhan monyet liar yang bertaring tajam.

Yang paling mengasyikan, tentunya membakar ikan di pinggir danau. Ikan mas, mujair dan harper yang berukuran besar berkembang biak dengan pesat di danau ini. Bila kurang ahli memancing atau sedang apes, kita bisa membeli ikan dari pemancing lokal yang sering muncul di musim liburan.

Sabtu, 04 April 2009

GUNUNG BROMO SEMERU

menuju bromo sumeru

Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru termasuk dalam 4 (empat) wilayah Kabupaten, yaitu Kab. Proholinggo, Kab. Pasuruan, Kab. Malang dan Kab. Lumajang. Kawasan ini banyak dikenal oleh wisatawan asing maupun do­mestik, terutama kawasan Bromo.

Untuk menuju G. Bromo dari arah Pasuruan: Dari Surabaya kita naik bus jurusan Probolinggo dan turun di Pasuruan. Selanjutnya naik Colt jurusan Tosari - Wonokitri. Di sini kita dapat bermalam di hotel atau losmen atau dapat juga langsung meneruskan perjalanan menuju G. Penanjakan, atau masuk ke lautan Pasir dan menuju puncak G. Bromo.

G. Penanjakan merupakan titik pandang terbaik ke arah kawasan G. Bromo, dimana Kawah Bromo nampak sebagai suatu panorama yang amat eksotis, dengan kepulan asap dan warna-warni punggungan bukit bekas lelehan lava belerang disekitarnva dan hamparan padang pasir mengelilinginva. Disini pemandangan matahari terbitpun nampak lebih indah dengan puncak G. Semeru sebagai latarnya.

Bila dari arah Probolinggo, kita naik Colt atau bis jurusan Sukapura terus Ngadisari. Dari Ngadisari naik kendaraan/berjalan kaki menuju Cemoro Lawang sejauh 3 Km. Di Cemoro Lawang kita dapat bermalam di hotel maupun losmen atau di rumah-rumah penduduk. Besok pagi-pagi sekali kita dapat melanjutkan perjalanan ke kawah G. Bromo yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki maupun naik kuda sewa, untuk menyaksikan panorama matahari terbit.

Masyarakat sekitar G. Bromo yaitu masyarakat Tengger mempunyai upacara tradisi tahunan yaitu upacara melempar sesaji pada tengah malam (tepat pkl. 24.00 WIB), yang disebut dengan upacara “Kasodo”. Upacana adat Tengger ini, biasanya sangat meriah dan sering dihadiri oleh pejabat-pejahat tinggi serta masyarakat Indonesia lainnya juga para turis asing yang jumlahnya mencapai puluhan ribu pengunjung.

Suhu di kawasan Bromo ini antara 5 - 14 C. Dan padang pasir Bromo kita dapat naik ke G. Batok, G. Kursi, maupun G. Pananjakan. Di kawasan G. Bromo ini banyak dijumpai panorama yang sangat menakjubkan.

Untuk menuju Gunung yang tertinggi di Pulau Jawa yaitu G. Semeru ( 3.676 m)~ paling mudah dicapai adalah dari arah Malang dengan naik Colt jurusan Tumpang, kemudian menuju desa Ranupane (2.200 m) dengan melewati desa Gubug Klakah (1.100 m) dan Ngadas (2.000 m) dengan Truk atau Jeep ongkosnya Rp. 6.000 sampai Rp. 10.000,- per onang (tahun 1999).

Desa Ranupane (2.100 m) adalah desa terakhir dan tempat pemeriksaan serta pos untuk melapor bagi para pendaki untuk naik, dan juga terdapat pondok pendaki untuk bermalam dan beristirahat. Ranu Pane mempunyai penduduk sekitar 60 orang yang merupakan perkampungan kecil, pekerjaan mereka pada umumnya bertani sayur-sayuran. Selain terdapat Ranu (danau) Pane, disebelahnya tendapat ranu lagi yang namanya Ranu Regulo.

Perjalanan ke Puncak G. Semeru dimulai dan desa Ranupane menuju Ranu Kumbolo pagi harinya pukul 7.00 melalui jalan setapak, jaraknya 13 Km., tidak terlalu terjal dengan memakan waktu sekitan 3-4 jam perjalanan. Di Ranu Kumbolo ada Pondok Pendaki untuk istinahat dan memasak. Daerah ini airnya inelimpah dan berada pada ketinggian 2.400 m dari permukaan laut. Ranu Kumbolo memiliki pemandangan yang sangat indah terlebih pada pagi hari bila kita dapat melihat matahani terbit dari celah-celah bukit.

Dari Ranu Kumbolo perjalanan dilanjutkan menuju Kalimati (2.700 m) melalui hutan cemara dimana kadang kita jumpai burung dan kijang. Penjalanan ini ditempuh 2 - 3 jam / 10 Km. Disini kita dapat mendirikan tenda, dan apabila kita membutuhkan air dapat menuju Sumbermani, kearah barat menelusuni pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh perjalanan 1 jam pulang pergi. Tetapi dianjurkan kehutuhan air telah dipersiapkan di Ranu Kumbolo.

Sebenarnya kita dapat juga berkemah di Ancopodo 1 jam perjalanan dari Kalimati ke arah puncak G. Semeiru. tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering tenjadi tanah longsor di kawasan tersebut.

Dari Kalimati biasanya para pendaki memulai pendakian menuju puncak pagi-pagi sekali, yaitu sekitar pukul 2 - 3 pagi dengan melalui hutan cemara 1 jam dan bukit pasir selama 2 - 3 jam untuk sampai di puncaknya, dengan keadaan jalan yang terjal menanjak.

Puncak Semeru yang biasa didaki adalah Puncak “Mahameru”. Dari puncak ini akan terlihat kawah yang disebut “Jonggring Saloko” dan yang uniknya setiap 10-15 menit sekali menyemburkan batuan vulkanis dengan didahului asap yang membumbung tinggi. Suhu di puncak Mahameru dingin sekali yaitu 0-4 C yang kadang-kadang berkabut tebal disertai badai angin. Pada saat badai dianjurkan untuk menunda pendakian ke puncak.

Panorama dari Puncak Mahameru tak akan pernah terlupakan indahnya, dimana terlihat puncak-puncak gunung di Jawa Timur, pesisir dan pantai, serta matahani terbit di ufuk timur.

Mendaki G. Semeru sebaiknva dimusim kemarau yaitu pada bulan-bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Pendaki juga dianjurkan untuk tidak mendaki pada musim hujan di bulan Januani dan Februari, dimana sering terjadi badai dan tanah longsor.

Dari puncak turun kembali ke kemah (Kalimati) dibutuhkan waktu 1 jam, dan 3 jam untuk sampai di Ranu Kumbolo dan diperlukan 3 jam lagi untuk mencapai Ranu Pane. Bila sampai di Ranu Pane menjelang sore, kalau ada mobil kita bisa terus turun ke Gubug Klakah atau ke Tumpang, atau kita bisa bermalam di Ranu Pane dan besok paginya kita dapat turun kembali ke Tumpang.

Turun dari Ranupane ke arah Tumpang kita dapat juga menuju ke kawasan G. Bromo, melalui pertigaan Jempiang (2 Km sebelum desa Ngadas) ke arah kanan.

PANTAI INDAH DI KAB.BINTAN DAN NUSANTARA

Provinsi Kepulauan Riau merupakan gerbang wisata mancanegara kedua setelah Pulau Bali. Jumlah wisatawan asing sebesar 1,5 juta orang pada tahun 2005. Objek wisata di Provinsi Kepulauan Riau antara lain wisata pantai yang terletak di berbagai Kabupaten dan Kota. Pantai Melur dan Pantai Nongsa di Kota Batam, Pantai Belawan di Kabupaten Karimun, Pantai Lagoi, Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora, dan Bintan Leisure Park di Kabupaten Bintan. Kabupaten Natuna terkenal dengan wisata baharinya seperti snorkeling.
Selain wisata pantai dan bahari, Provinsi Kepulauan Riau juga memiliki objek wisata lainnya seperti cagar budaya, makam-makam bersejarah, tarian-tarian tradisional serta event-event khas daerah. Di kota Tanjungpinang terdapat pulau penyengat sebagai pulau bersejarah karena di pulau ini terdapat mesjid bersejarah dan makam-makam Raja Haji Fisabililah dan Raja Ali Haji yang kedua-duanya adalah pahlawan nasional.
Jika dilihat dari fasilitas hotel sebagai sarana bagi para wisatawan maka Kota Batam merupakan Kota dengan jumlah Hotel, Kamar dan Tempat Tidur paling banyak. Melalui tabel berikut kita dapat mengetahui perbandingan Batam dan pintu masuk utama para wisatawan di Provinsi Kepulauan

trikora

Rentang waktu 1996-2008 belum pernah berkunjung lagi ke pantai trikora, padahal pada tahun 2001 sempat singgah selama 1 minggu di Tanjungpinang tetapi terlewatkan oleh kesibukan hal bisnis. Pesong kangen dengan alam pantai yang satu ini, makanya beberapa waktu lalu atas bantuan “Paman Google” pesong mencoba bernostalgia mencari perkembangannya.

Pantai Trikora salah satu tempat wisata yang paling populer di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, dan bukan hanya Lagoi dengan Pantai Bintan Resortnya yang berkelas internasional. Pantai yang potensial ini terletak di Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang, sekitar 45 kilometer arah timur Kota Tanjungpinang. Pasir putih Pantai Trikora yang bersih dan terasa lembut bila diinjak ini panjangnya sekitar 25 kilometer memiliki pemandangan yang indah. Selain air lautnya yang biru dan relatif bersih, sepanjang bibir pantai yang berpasir putih ini terlihat pemandangan pohon-pohon kelapa yang indah ditiup angin serta onggokan batu-batu besar yang disebut “Batu Hidup” menambah keindahan pantai. Batu-batu tersebut seringnya dipakai untuk memancing ataupun berjemur.

Disepanjang pantai banyak penjual minuman dan makanan yang menyediakan SeaFood (makanan laut), seperti ikan, udang, kepiting dan sotong segar. Juga air kelapa muda yang buahnya langsung diambil dari pohon-pohon kelapa disekitar pantai. Dan “otak-otak” yang menjadi makanan favorit (terbuat dari ikan laut atau cumi-cumi yang dibungkus memakai pelepah daun kelapa) yang masih panas untuk dinikmati sambil memandang keindahan pantai.

Untuk mencapai pantai ini tidakk ada kendaraan umum melainkan dengan kendaraan sewaan ataupun pribadi baik roda dua maupun roda empat. Menikmati alam pantai pasir putih ini, alangkah bahagianya bersama keluarga untuk bernostalgia. Pantai ini sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara seperti Pelancong Malaysia dan Singapura.

Semoga pesong dapat bernostalgia kembali ke Pantai Trikora yang indah dengan menikmati “otak-otak” yang panas. Hmmmm… mak nyuss.! :-)

pantai.S A K E R A bintan

Kabupaten Kepulauan Riau (Bintan) telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di belahan nusantara ini, tetapi juga di mancanegara. Wilayahnya mempunyai ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan. Karena itulah, julukan “Bumi Segantang Lada” sangat tepat untuk menggambarkan betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini. Pada kurun waktu 1722-1911, di Kepulauan Riau terdapat dua kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaannya berada di Daik dan Kerajaan Melayu Riau dengan pusat pemerintahannya berada di Pulau Bintan.
Jauh sebelum ditandatanganinya Treaty of London, kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi wilayah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaannya berada di Pulau Penyengat dan menjadi terkenal di Nusantara dan kawasan Semenanjung.
Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah Keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling yaitu, Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau – Lingga, Indragiri Hilir dan Kateman yang berkedudukan di Tanjungpinang dan sebagai penguasa tunggal dan penanggung jawab dalam Afdelling ini ditunjuk seorang Residen.
Afdelling Indragiri yang berkedudukan di Rengat dan diperintah oleh seorang Asisten Residen (dibawah) perintah Residen. Dalam tahun 1940 Keresidenan ini dijadikan Residente Riau dengan dicantumkan Afdelling Bengkalis (Sumatra Timur) dan sebelum tahun 1945 – 1949 berdasarkan Besluit Gubernur General Hindia Belanda tanggal 17 Juli 1947 No. 9 dibentuk daerah Zelf Bestur (daerah Riau).
Berdasarkan Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 No. 9/Deprt/1950 menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia, dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut, masing-masing, Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur sekarang), Bintan Utara dan Batam.
Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan Moro, Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang, serta Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No. 26/K/1965 dengan mempedomani Instruksi Gubernur Daerah Tingkat I Riau tanggal 10 Februari 1964 No. 524/A/194 dan Instruksi No.16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau tanggal 9 Agustus 1964 No.UP/247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 No.UP/256/5/1965 menetapkan bahwa, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1966 semua daerah Administratif Kewedanan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapuskan.
Pada tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1983, telah dibentuk Kota Administratif (Kotif) Tanjungpinang yang membawahi dua kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada tahun yang sama sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1983 telah pula dibentuk Kotamadya Batam.
Dengan adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian Kabupaten Kepulauan Riau. Berdasarkan Undang-Undang No. 53 tahun 1999 dan diperbaharui dengan UU No. 13 tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan lagi menjadi 3 kabupaten yakni, Kabupaten Kepulauan Riau (Bintan), Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna.
Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 2001, terhitung 17 Oktober 2001, Kota Administratif Tanjungpinang ditingkatkan statusnya menjadi Kota Otonom yang terpisah dari Kabupaten Kepulauan Riau dengan memiliki empat kecamatan, yakni Kecamatan Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang Kota dan Bukit Bestari

Jumat, 03 April 2009

B A L I

wisatta BALI

Wisata Alam Bali:
Menginap di Tengah Sawah, Siapa Takut!

Perjalanan wisata bertemakan kembali ke alam atau back to nature memang tidak akan pernah membosankan. Hal itu akan kita jumpai bila berlibur di Pulau Dewata, Bali. Desa Campuhan namanya, terletak di wilayah Ubud, salah satu pusat wisata Bali yang sangat terkenal dengan ukiran dan lukisannya. Satu setengah jam perjalanan dari Bandara Ngurah Rai atau satu jam perjalanan dari Terminal Bus Antar Kota Ubung Denpasar, dengan mencarter kendaraan, maka kita akan sampai di desa yang tenang dan sejuk ini.

Jalan yang berkelok-kelok, sesekali dengan kelokan tajam dan hamparan sawah bersusun menghijau di kejauhan akan menyambut kedatangan kita di Ubud ini. Jalan menurun dan menyeberangi Sungai Campuhan. Lembah ini menjadi ilham tersendiri bagi seorang Antonio Blanco di hampir setiap karya lukisnya. Lokasi ini sering dimanfaatkan oleh turis lokal dan mancanegara untuk berfoto dengan latar belakang rumah sang maestro lukis. Rumah yang berdiri di pinggiran sungai dengan air yang mengalir jernih.
Selepas jembatan Campuhan ini, maka akan mulai terasa denyut nadi sebuah daerah wisata yang sangat terkenal.
Jalan raya Ubud sepanjang dua kilometer dengan sedikit membelah bukit terasa sesak dengan kehadiran puluhan toko dan galeri yang menjajakan beraneka pernik-pernik khas Bali dan Ubud. Puas menikmati pemandangan tadi, maka sampailah kita di salah satu penginapan yang banyak terdapat di Ubud.
Letaknya di dekat persawahan menjadi ciri khas dari Puri Bayu, begitu nama penginapan tersebut. Puri Bayu dengan suasana kampungnya, terasa kontras dengan kehadiran puluhan toko dan galeri yang cenderung meriah dan ramai.
Penginapan ini memiliki tiga buah vila berlantai dua dengan kamar antara tiga hingga empat kamar untuk tiap vila. Sebenarnya ada beberapa penginapan yang berada di sekitar persawahan desa Campuhan ini, namun Puri Bayu sedikit berbeda.
Begitu kita memasuki Puri Bayu, maka suasana back to nature akan segera menyergap kita. Halaman depan vila yang langsung menghadap persawahan hanya dibatasi oleh pematang sawah.
Sebuah sungai kecil berair jernih mengalir persis di beranda lantai satu menjadi kelebihan tempat ini. Ciri khas Bali pun tampak pada bangunan kecil untuk persembahyangan yang terletak di sudut tiap vila.
Paduan gaya arsitektur tradisional setempat dan modern kental terasa di tempat ini. Lukisan pemandangan alam ditambah furniture kayu era tahun 30-an menjadi pelengkap penginapan ini. Melongok ke lantai dua kita hanya akan menjumpai satu buah kamar besar dengan beranda yang juga menghadap ke sawah. Lantai kayu di lantai dua kamar ini digunakan mengingat daerah Ubud merupakan daerah yang sejuk seperti halnya Puncak di Jawa Barat.
Uniknya kamar mandi di lantai dua yang menyatu dengan kamar ini bernuansa open air alias tanpa penutup atap dengan dinding bata merah yang tidak berplester, dilengkapi tanaman hias dan rindangnya pohon kelapa yang ditanam di samping penginapan menjadi pengganti atap kamar mandi. Nuansa bata merah yang diperhalus dan tanpa plester semen di semua sudut inilah yang menghiasi bangunan vila.
Jangan khawatir diintip orang selagi kita mandi. Selain tempat ini jauh dari keramaian, tujuh ekor anjing ras Bali yang terkenal galak menjadi penjaga penginapan ini. Jadi Anda bisa leluasa mandi tanpa diintip sambil menikmati semilir sejuknya angin yang masuk ke kamar mandi ini sambil berendam di dinginnya air.
Tanpa terasa sore pun menjelang. Ternyata penginapan ini juga menghadap ke arah matahari terbenam, Semburat warna merah di langit barat pertanda mentari akan masuk ke peraduan yang menjadi latar belakang pemandangan persawahan tak urung mengundang antusias turis-turis mancanegara yang juga menginap di Puri Bayu.
Mereka berebut mengabadikan peristiwa yang hanya berlangsung dalam hitungan menit ini dengan kamera masing-masing. Berkali-kali kilatan lampu mengiringi mentari kembali ke peraduannya.
Tiba-tiba saja langit yang menjelang gelap menjadi bertambah gelap dengan melintasnya ratusan burung dari berbagai jenis ke sarangnya tak jauh dari Puri Bayu. Sungguh suatu permandangan yang elok.
Suasana malam adalah suasana yang paling ditunggu bila kita menginap di tempat ini. Konser musik alam mungkin adalah kalimat yang paling cocok untuk melukiskan riuhnya suasana malam dengan tingkah suara binatang-binatang yang hanya hidup di malam hari.
Teriakan si kodok dan jangkrik yang saling bersahutan diselingi gemericik air yang mengalir dari sungai kecil di depan vila menjadi hiburan tersendiri.
Belum lengkap rasanya tanpa kehadiran si kunang-kunang yang malam itu muncul dari persawahan dalam jumlah besar seolah menggenapi kemeriahan kecil yang sedang berlangsung.
Lamat-lamat di kejauhan terdengar dentuman musik yang berasal dari kafe-kafe di sepanjang jalan raya Ubud, tidak jauh dari Puri Bayu. Menurut penuturan Wayan, karyawan penginapan, tidak sedikit turis mancanegara yang minta disediakan lampu teplok di setiap kamarnya, meskipun penginapan ini dialiri listrik. Permintaan itu akan semakin bertambah, misalnya tidak boleh ada suara radio dan teve. Suasana temaram dengan lampu teplok ini diyakini para turis tadi mampu menambah romantisme yang sudah terbangun dengan kehadiran konser alam.
Wayan berkisah bahwa ada satu pengunjung tetap penginapannya yang berasal dari Jepang. Si Jepang yang di negaranya berprofesi sebagai pialang saham ini mempunyai kebiasaan unik, yaitu singgah seorang diri hanya untuk mendengarkan konser alam ini semalaman suntuk lengkap dengan kehadiran lampu teplok, meskipun untuk itu ia harus rela membayar sewa satu vila yang berkamar tiga yang perkamarnya bertarif US$ 115 semalam, untuk kemudian keesokan harinya kembali ke negara asalnya.
Malam semakin larut, dan konser alam tetap berlangsung sembari sesekali ditingkahi lolongan anjing di kejauhan. Dari arah persawahan sesekali terdengar teriakan riang beberapa turis bule yang mencoba menangkap kunang-kunang ditemani karyawan penginapan. Kesejukan udara malam yang menusuk tulang sangat terasa di lantai dua tempat saya berada. Kantuk pun mulai menyerang manakala waktu menunjuk pukul 01.00 dini hari. Jendela besar kamar sengaja tidak ditutup seluruhnya supaya udara malam tetap bisa saya rasakan masuk ke dalam kamar.
Kicauan pagi hari dari burung-bürung kecil yang masuk ke beranda kamar di lantai dua Puri Bayu membangunkan saya dari tidur. Tiga ekor perkutut besar tampak bertengger dengan tenangnya di sebuah dahan pohon tepat di depan kamar saya.
Mereka seolah tidak takut akan diganggu atau ditangkap. Bila saja perkutut-perkutut ini berada di Jakarta, pastilah mereka sudah meringkuk di sarang para pemburunya! Menurut Wayan yang pagi itu mengantarkan sarapan pagi, para pemuka adat di Ubud sudah bersepakat untuk melindungi hewan-hewan seperti burung perkutut ini.
Hukum adat akan segera berlaku untuk mereka yang menangkap dan memelihara jenis burung yang suaranya bagus ini. Pantas saja daerah Ubud juga dikenal sebagai surga bagi berbagai jenis burung.
Pemandangan sawah di pagi hari tampak indah. Meski diselimuti kabut tipis, beberapa petani sudah terlihat bekerja menemani padi yang masih berusia muda. Lagi-lagi Wayan bercerita, bahwa penginapannya pernah kedatangan satu keluarga dari Negeri Paman Sam yang sengaja menginap hanya untuk mengetahui siklus satu musim padi sejak mulai padi ditanam hingga panen!
Wayan juga menawarkan wisata lari pagi melintasi pematang sawah yang luas hingga menuju tepian Sungai Campuhan yang berjarak tiga ratus meter dari penginapan, sambil menangkap belut yang bersembunyi di lumpur persawahan.
Saat ini sudah banyak penginapan yang mengambil konsep seperti yang ada di Puri Bayu, meskipun untuk itu para pemilik penginapan tidak berani membeli tanah sawah sebab hamparan sawah yang menjadi pernandangan yang dijual oleh Puri Bayu, hingga saat ini masih dimiliki oleh satu keturunan raja di daerah Ubud tersebut.
Di balik itu semua perjalanan wisata ke daerah eksotik seperti Ubud dengan desa Campuhannya dan hamparan hijau sawah yang luas membentang, bisa menjadi pengalaman baru bagi Anda yang selama ini terbiasa melakukan perjalanan wisata ke daerah-daerah pantai bahkan ke luar negeri.
Wisata di alam persawahan seperti persawahan Campuhan dengan Puri Bayunya juga layak dipertimbangkan dalam daftar tempat honeymoon bagi pengantin baru. Selamat berlibur!

ALAM

Pengertian Sumber Daya Alam dan Pembagian Macam/Jenisnya - Biologi

Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.

A. Sumber daya alam berdasarkan jenis :
- sumber daya alam hayati / biotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup.
contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain
- sumber daya alam non hayati / abiotik
adalah sumber daya alam yang berasal dari benda mati.
contoh : bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain

B. Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuan :
- sumber daya alam yang dapat diperbaharui / renewable
yaitu sumber daya alam yang dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan.
contoh : air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain
- sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui / non renewable
ialah sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah.
contoh : minyak bumi, batubara, timah, gas alam.
- Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya / unlimited
contoh : sinar matahari, arus air laut, udara, dan lain lain.

C. Sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya
- sumber daya alam penghasil bahan baku
adalah sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya akan menjadi lebih tinggi.
contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-lain
- sumber daya alam penghasil energi
adalah sumber daya alam yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka bumi.
misalnya : ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lain sebagainya.